Canakkale, Turkey – October 31, 2016: Wooden Trojan Horse from movie Troy. It was donated to the city of Canakkale (Istimewa)

Odysseus, orang Yunani adalah salah seorang pahlawan dalam Perang Troya. Menurut sebuah kisah, Odysseus adalah putra sekaligus perwaris penguasa Ithaca, Raja Laertes. Ibunya bernama Anticleia. Odysseus memperistri Penelope, putri Icarus. Tetapi, menurut kisah lain, Odysseus adalah putra Sisyphus dan Anticleia. Mana yang benar, tidak menjadi masalah.

Nama Odysseus begitu berkumandang di langit Yunani pada masa itu. Karena ide dialah, Perang Troya berakhir. Peperangan antara kerajaan Troya dan Yunani ini terjadi pada Abad Perunggu.

Perang sejarawan Yunani kuno menyebut waktu terjadinya perang berbeda-beda. Ada yang menyebut abad ke-12 SM, ada yang abad ke-13 SM, dan ada yang menyebut abad ke-14. Eratosthenes (276-194 SM) dari Kirene (sebuah kota di Libya sekarang ini) seorang penyair, astronom, dan penulis sains menyebut 1184 SM, Herodotus (484-425 SM) sejarawan Yunani memilih 1250 SM, dan Duris dari Samos (340-281 SM) seorang sejarawan Yunani cenderung 1334 SM. Kisah Perang Troya ini telah mengilhami para penulis besar zaman kuno, dari Homer, Herodotus, dan Sophocles ke Virgil.

Sejak ditemukannya situs Troya pada abad ke-19, di wilayah yang sekarang masuk Turki bagian barat dan bernama Anatolia, para arkeolog telah menemukan bukti adanya sebuah kerajaan yang mencapai puncak kejayaannya dan dihancurkan sekitar 1.180 SM. Muncul dugaan, mungkin kisah Kerajaan Troya inilah yang menjadi dasar cerita yang dikisahkan oleh oleh Homer sekitar 400 tahun kemudian di “Iliad” dan “Odyssey.”

Odysseus inilah, menurut kisah, yang mengusulkan pembuatan kuda troya, dan kemudian menjadi dadakan berakhirnya Perang Troya. Kisah Perang Troya pada tahun 2004 diangkat menjadi film berjudul Troy, yang disutradarai oleh Wolfgang Peterson.

Syahdan menurut yang empunya cerita, tantara Yunani maupun Troya, sudah sampai pada titik jenuh, lelah tak tertahankan, tertekan tak berdaya setelah sepuluh tahun. Korban nyawa kedua belah pihak sudah demikian banyak. Yang lebih frustasi lagi adalah tantara Yunani, yang meskipun mempunyai jagoan-jagoan seperti Akhilles, Odysseus, Aias, dan Diomedes, namun belum berhasil menjebol tembok kota Troya.

Sampai pada akhirnya, suatu hari Odysseus mempunyai ide cemerlang. Ia mengusulkan pembuatan kuda raksasa dari kayu di luar tembok kota Troya. Kuda kayu itu diisi tantara Yunani. Ide Odysseus diwujudkan.

Setelah kuda kayu selesai dibuat dan diisi tantara, tantara Yunani yang lain meninggalkan kota Troya di malam hari. Pada pagi harinya, orang-orang Troya kaget campur heran. Mereka tidak lagi melihat tantara Yunani yang mengepung kota, perahu-perahu Yunani juga sudah tidak ada. Mereka menduga tantara Yunani sudah menyerah dan pulang ke negerinya. Yang mereka temukan hanya kuda raksasa terbuat dari kayu.

Mereka begitu gembira, terlepas dari kepungan. Dan, dengan gegap gempita penuh kepuasan mereka menyeret kuda kayu masuk ke dalam kota. Di tengah kota mereka merayakan kemenangan dengan pesta-pora. Tidak menduga bahwa tantara Yunani, kembali lagi dan mengepung kota.

Pada malam harinya, ketika orang-orang Troya jatuh tertidur karena ngantuk dan mabuk, para prajurit yang bersembunyi di dalam kuda keluar dan membuka gerbang kota Troya sehingga pasukan Yunani bisa masuk. Pasukan Yunani pun meluluhlantakan kota Troya. Troya, kalah!

Virus Troya
Kecerdikan yang telah mengalahkan tantara Troya. Ini kecerdikan Odysseus yang menemukan teknik untuk mengalahkan Troya. Dengan kata lain, karena teknologi lah Troya ditaklukkan. Tentu, selain teknologi, orang-orang Yunani memenangi peperangan itu karena mengenali musuh mereka secara baik.

Tentang hal ini, mengenali musuh secara baik, pernah dikemukakan oleh Sun Tzu dalam The Art of War. Dikatakan, Ia yang mengenali pihak lain (musuh) dan mengenali dirinya sendiri, tidak akan dikalahkan dalam seratus pertempuran. Ia yang tidak mengenali pihak lain (musuh) tetapi mengenali dirinya sendiri, memiliki suatu peluang yang seimbang untuk menang atau kalah. Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) dan dirinya sendiri cenderung kalah dalam setiap pertempuran.

Di masa sekarang ini, ketika tengah terjadi pertarungan memperebutkan kekuasaan, mengenali musuh sangatlah penting; juga mengenali diri sendiri. Sebab, bukan mustahil bahwa musuh masuk ke dalam rumah kita bersembunyi di dalam “kuda troya” atau dalam bahasa lain “berbulu domba” (padahal musang)., Bahkan, Daoed Joesoef, dalam artikelnya di harian Kompas, beberapa waktu lalu menggunakan istilah ”musang berbulu ayam. Padahal, masih jauh larut malam.”

Kadang kali sangat sulit membedakan, mana serigala mana domba; mana musang mana serigala; bahkan mana manusia mana serigala. Oleh karena, tidak jarang yang jahat itu tidak tampil dalam wajah monster yang menakutkan, monster sadistis, tetapi bisa jadi tampil dalam sosok orang, warga negara yang patuh pada aturan, yang lugu, yang seperti tidak berdosa, yang kelihatan bego, tak paham, dan bolak-balik membuat kesalahan.

Daya pikat dan pukau kekuasaan, memang, bisa membuat orang berbuat apa saja untuk mendapatkannya; mampu membuat orang untuk tampil sebagai apa saja demi memperoleh “wahyu” kekuasaan itu. Pesona kekuasaan juga mampu membuat orang demikian cerdik mencari cara bagaimana merebut kekuasaan yang mempesona itu.

Tidak aneh dalam dunia komputer pun dikenal adanya Virus Trojan. Virus ini oleh para hacker digunakan untuk menyusup ke dalam sistem keamanan komputer untuk mencuri informasi. Di dalam dunia politik, barangkali virus trojan itu, menjelma menjadi penyusup yang berpakaian dan bertopeng aneka rupa dan aneka wajah. Kalau sudah demikian, lawan pun terlihat sebagai kawan. Padahal, dalam politik, tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan yang bisa dikemas dalam berbagai macam bentuk, rupa, dan warna.***

*) Tulisan ini pernah dimuat di Kompas.id