
Pablo Picasso. Sebenarnya nama lengkapnya begitu panjang: Pablo Diego José Francisco de Paula Juan Nepomuceno Crispín Crispiniano María Remedios de la Santísima Trinidad Ruiz Picasso. Seniman besar ini lahir di Malaga, Spanyol, 25 Oktober 1881 dan meninggal di Mougins, Perancis, 8 April 1973.
Picasso lahir dari pasangan Don Jose Ruiz y Blasco dan Maria Picasso y Lopez. Ayahnya, seorang pelukis dan profesor seni. Bakat seni Picasso sudah dilihat kedua orangtuanya sejak masih kanak-kanak sekitar usia 7 tahun.
Begitu banyak karya lukis—selain patung dan karya-karya seni lainnya– Picasso yang juga dikenal sebagai pematung ini. Sebut saja, Les Demoiselles d’Avignon (1907) yang merupakan salah satu karya Cubist pertama; potret Gertrude Stein (1905-1906) teman dan patron Picasso; The Old Guitarist (1903-1904) sa lah satu karya di Periode Biru (1901-1904) yakni suatu masa ketika karya-karya lukis Picasso didominasi warna biru, dan tentu yang sangat kondang adalah Guernica (1937).
Karya paling terkenal Picasso yakni Guernica (Gernica), selalu dikatakan sebagai pernyataan politik paling kuat dari seniman asal Spanyol ini. Lukisan ini dibuat sebagai reaksi terhadap pemboman pesawat-pesawat tempur milik Nazi, Jerman terhadap kota Guernica saat terjadi Perang Saudara Spanyol (1936-1939).
Guernica memperlihatkan tragedi akibat peperangan dan penderitaan yang dialami orang-orang tak bersalah. Perang di mana pun seperti itu. Tetapi, karya Picasso ini memperoleh status monumental, menjadi pengingat terus-menerus akan tragedi perang, simbol anti-perang, dan pengejawantahan perdamaian. Lukisan minyak warna biru, hitam, dan putih yang berukuran tinggi (lebar) 3,5 meter dan panjang 7,8 meter ini sekarang bisa dinikmati di Museo Reina Sofia di Madrid, Spanyol.
***

Sekitar pukul 16.30, hari Senin, 26 April 1937, pesawat-pesawat tempur Nazi, dari Legiun Condor, dikomandani Kolonel Wolfram von Richthofen, selama sekitar dua jam membombardir Guernica y Luno atau Gernika-Lumo. Guernica adalah sebuah kota yang terletak di sebelah timur laut Bilbao, Provincia (Provinsi) Vizcaya di comunidad autónoma (komunitas otonomi) Basque, Spanyol Utara.
Pengeboman itu atas perintah Hitler untuk membantu kaum Nasionalis (yang didukung oleh Adolf Hitler dan Benito Mussolini, diktator fasis Eropa) di bawah komando partai fasis Spanyol, Falange. Selain untuk mendukung kaum Nasionalis pimpinan Jenderal Francisco Franco, pengeboman itu juga digunakan untuk mengetes senjata baru dan taktik baru Nazi.
Perang saudara berkobar antara kaum Nasionalis dan Republiken yang terdiri atas antara lain kelompok Komunis, Sosialis, dan Anarkis di wilayah Baaque. Kaum Nasionalis pimpinan Franco ingin mengembalikan masa keemasan Spanyol berdasarkan hukum, tatanan, dan nilai-nilai keluarga Katolik tradisional.
Kalau kaum Nasionalis dibantu kekuatan Nazi Jerman dan fasis Italia, kaum Republiken dibantu oleh Uni Soviet. Kaum Republiken juga dibantu ribuan kaum komunis dan radikal dari Perancis, Amerika, dan negara-negara. Mereka membentuk Brigade Internasional. Salah satu hasil dari bantuan kekuatan asing ini, kaum Republiken berhasil mempertahankan Madrid hingga perang usai.
Akibat gempuran pesawat-pesawat tempur Nazi itu, Guernica luluh lantak. Rata dengan tanah. Ribuan penduduk kota itu tewas. Kaum Nasionalis memperkirakan korban tewas mencapai 100.000 orang. Sementara ada yang menyebut korban tewas mencapai 500.000 orang. Ini belum termasuk yang mati karena kelaparan, malnutrisi, dan terkena penyakit akibat perang.
Melihat Guernica luluh-lantak dan nyaris tidak ada satu pun bangunan bahkan pepohonan yang berdiri tegak, kaum Nasionalis segera bertindak. Mereka ingin menutupi akibat pengeboman itu, dan menghapus jejak. Kehancuran itu ingin dikesankan akibat pembakaran. Maka mereka menempatkan drum-drum minyak di mana-mana di dekat reruntuhan gedung dan difoto. Foto itu disebar-luaskan ke mana-mana.
Akan tetapi, faked photos, kebohongan yang dibuat kaum Nasional itu akhirnya terbongkar jua. Seorang reporter dari koran Times yang terbit di London, Inggris, George Steer, mengungkapkan kebenaran dengan mengunjungi Guernica, dan menyodorkan bukti-bukti bahwa Guernica hancur akibat pengeboman bukan pembakaran. Hasil investigasi Steer juga dimuat di New York Times. Dunia pun hebot atas temuan itu.
Laporan lain diterbitkan oleh L’Humanité di Paris. Berita inilah yang dibaca oleh Picasso dan menginspirasinya untuk menuangkannya dalam lukisan. Lukisan Picasso ini menjadi bukti bahwa kebenaran Guernica tidak dapat ditutup-tutupi. Berka laporan Steer, Guernica pun menjadi simbol horor baru dalam dunia perang modern. Karena sebenarnya Guernica tidak memiliki arti strategis bagi militer, tetapi tetap dihancurkan, sementara pabrik amunisi justru tidak dihancurkan.

***
Tujuan dari penyerangan itu yakni untuk mengintimidasi dan meneror penduduk sipil dan memaksa mereka menyerah, tunduk (Andrew Gamble, 2019). Mereka—Hitler, Mussolini, dan Franco—berkeyakinan bahwa kekerasan, kekejaman, intimidasi, teror akan menjadi jalan untuk terciptanya sistem yang lebih baik.
Paul Wilkinson, seorang ahli terorisme dalam bukunya Terrorism and the Liberal State, menyatakan bahwa terorisme membutuhkan intimidasi koersif. Hal itu dilakukan dengan menggunakan penghancuran (seperti pengemboman Guernica) dan pembunuhan yang sistematik, mengancam, dan membunuh dengan tujuan untuk meneror orang, komunitas, masyarakat, kelompok, komunitas, atau kelompok lain dalam sebuah persaingan politik.
Dengan kata lain, teror bisa diartikan sebagai “menghalalkan segala cara, terutama kekerasan untuk mewujudkan tujuannya.” Apa yang terjadi di Guernica, adalah potret dari kekejian manusia terhadap manusia lain. Itulah yang disebut sebagai “kekejian yang membinasakan.”
Kekejian itu lahir di tempat di mana kata-kata telah kehilangan daya atau daya tidak lagi membutuhkan kata-kata. Kata-kata tak lagi mampu melukiskan penderitaan yang dialami oleh para korban. Kata-kata juga tak berdaya untuk menggambarkan kebengisan, kekejian para pelaku, para penebar teror.
Dan, yang tak boleh dilupakan bahwa kebohongan, faked photos—pengeboman diberitakan sebagai pembakaran; sebuah praktik kebohongan yang banyak kita temukan akhir-akhir ini—yang disebar-luaskan adalah teror. Kebohongan yang dipublikasi secara instens, terus-menerus, dan massif kepada publik, lambat laun menjadi kebenaran yang diyakini. Ini yang sekarang banyak terjadi di sekitar kita. Dengan media sosial, kebohongan itu, kini dengan mudah disebar-luaskan, dan dalam beragam bentuk.
Memang, kebohongan seumur dengan sejarah manusia. Tidak mudah karenanya memberantas kebohongan. Apalagi kalau sudah dikaitkan dengan kepentingan politik dan ekonomi. Selain itu, juga ada yang memang ingin melestarikan kebohongan untuk berbagai tujuan, tentu termasuk tujuan politik, tujuan politik kekuasaan.
Politik, memang, salah satu dari aspek kehidupan manusia yang rawan, riskan berhubungan dengan kebohongan. Sebab, lewat kebohongan itu ingin diraih keberhasilan. Dan, inilah yang menyebabkan politik disebut sebagai kotor, penuh tipu daya, licik, dan kehilangn reputasinya yang adiluhung. Tentu, tujuan melakukan kebohongan dalam dunia politik, terutama saat ini, adalah elektabilitas.
Padahal, kebohongan adalah musuh mereka yang masih memiliki hati nurani. Persis sama dengan yang dilakukan oleh George Steer, wartawan yang masih memiliki hati nurani, yang membongkar kebohongan Guernica. “Berita bohong merupakan tanda tidak toleran dan sikap hipersensitif dan mengarah hanya untuk menyebarkan kebencian dan keangkuhan. Ini adalah hasil akhir dari kebohongan. Kebenaran akan membebaskan anda,” ujar Paus Fransiskus.
Sekali orang melakukan kebohongan, maka orang akan terus melakukan kebohongan-kebohongan berikutnya untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Dan, lewat lukisannya,Guernica, Pablo Picasso menunjukkan kebenaran, membongkar kebohongan.
Karena itu, benar yang dikatakan oleh penulis kondang Mark Twain (1835-1910), “Jika Anda mengatakan kebenaran, Anda tidak harus mengingat apa pun.” Hanya sayangnya, orang lebih suka dengan kebohongan: membuat kebohongan, menyebarkan kebohongan, dan menikmati kebohongan di musim pemilu ini.
Akhirnya, mungkin mereka yang masih memiliki hati nurani tidak salah merenungkan apa yang pernah dikatakan oleh filsuf Jerman Friedrich Nietzsche. “I’m not upset that you lied to me. I’m upset that from now on I can’t believe you.” Saya tidak kecewa karena Anda membohongi saya. Saya kecewa karena sejak sekarang saya tidak memercayaimu.
Sejak sekarang!!!***
*) Tulisan ini sudah ditayangkan di Kompas.id, hari Selasa 2 April 2019.
Berita bohong bisa dianggap benar karena, sedihnya, banyak yang percaya. Lebih mudah untuk langsung percaya daripada mengeluarkan upaya ekstra, mencari klarifikasi pada sumber terpercaya….
Itulah tragisnya…yg bohong lebih intens dikabarkan…tak henti dan massif…
Oya…setelah tahu nama orang tuanya, kok yang populer malah nama Pablo Picasso ya?
Sesuai tradisi Spanyol, namanya biasanya menjadi Pablo Ruiz Picasso, nama ayah (Ruiz) yang melekat, bukan nama ibu (Picasso).
Mungkin seniman besar ini punya alasan sendiri memakai nama ibunya ya…
Wah, malah nggak kepikiran aku..bisa dicari tuh..kenapa…tengkiu
Sayangnya “mereka” masih menggunakan kebohongan demi kepentingan pribadi dan kekuasaan. Padahal ketika hal itu dilakukan, pada saat itulah mereka telah kalah dengan dirinya sendiri. Makasih mas
Betul sekali…mengapa demikian….memang sangat disayangkan, demi kekuasaan, apa pun dilakukan.