
Satu
Ternyata Charlie Chaplin dan Adolf Hitler, lahir pada bulan yang sama dan tahun yang sama pula. Chaplin lebih tua empat hari. Chaplin dilahirkan pada tanggal 16 April 1889 di London, Inggris dengan nama Charles Spencer Chaplin; sementara Hitler dilahirkan pada tanggal 20 April 1889 di Braunau am Inn, dan diberi nama Schicklgruber.
Ciri khas keduanya sama: berkumis model sikat gigi (Toothbrush moustache). Kumis sikat gigi adalah kumis model pendek yang tidak menutupi seluruh bibir atas seperti kebanyakan gaya lainnya. Kumis terletak di tengah filtrum. Lebar pastinya bervariasi dari orang ke orang dan biasanya ditentukan oleh lebar lubang hidung individu dan dicukur secara vertikal, tidak meruncing.
Tokoh lain yang mempunyai kumis model sikat gigi ini misalnya, Charles de Gaulle (1890-1970) negarawan Perancis. Tetapi, ia kemudian mengganti model kumisnya karena tidak mau sama dengan Hitler. Selain de Gaulle, tokoh lainnya yang berkumis sikat gigi adalah Georgy Zhukov (1896-1974), pahlawan PD II Uni Soviet, yang memimpin serangan Rusia ke Berlin. Sama dengan de Gaulle, Zhukov juga kemudian menghilangkan kumis model sikat gigi, karena tidak mau sama dengan Hitler. Komedian AS, Oliver Hardy (1892-1957) juga berkumis model sikat gigi.
Tentu, masih banyak orang—baik itu politisi, pedagang, pelawak, artis, atau rakyat kebanyakan—yang berkumis model sikat gigi seperti itu. Akan tetapi, orang lebih mengasosiasikan kumis model seperti itu sebagai kumis Chaplin, bukan kumis Hitler, meskipun bisa jadi watak orang yang berkumis seperti itu lebih mirip dengan Hitler ketimbang Chaplin.
Padahal, Chaplin bukanlah orang pertama yang berkumis model sikat gigi. Namun, Chaplin-lah yang membuat Toothbrush moustache ini terkenal. Menurut cerita, pertama kali raja komedi ini memakai kumis model sikat gigi pada tahun 1915 saat main dalam film bisu The Tramp. Dalam film itu ia memainkan peran karakter gelandangan.
Dalam sebuah wawancara pada tahun 1933, Charlie Chaplin mengakui bahwa kumis model sikat gigi itu adalah pilihan terbaiknya. Karena jenis model kumis ini terlihat lucu, maka aktor berkebangsaan Inggris itu berharap bisa membuat penontonnya tertawa. Dan, memang lucu. Selain itu, kumisnya yang sangat mungil ini tidak bisa menyembunyikan emosi wajah Charlie Chaplin saat tampil.
Sementara Hitler dengan toothbrush moustache, tidak membuat dia menjadi lucu. Tetapi, justru sebaliknya: menyeramkan. Hingga ada yang mengatakan bahwa kumis Hitler adalah kumis paling menyeramkan dalam sejarah.
Semula, Hitler juga tidak berkumis model sikat gigi. Ia senang model kumis Bavaria yang sedang menjadi mode pada masa itu. Model kumis Bavaria—bagian tengah bagiah bawah hidung tebal dan kedua ujung kiri dan kanan melengkung ke atas, sehingga sering secara guyon dikatakan bisa untuk menggantungkan topi—juga sering disebut sebagai Rotzbremse, “penghalang ingus”, disebut juga Zweifinger (dua jari).
Tetapi, komandannya di Divisi Invanteri Bavaria, menganjurkan agar Hitler ganti model kumis agar tidak menyulitkan saat mengenakan masker gas. Saran itu diikuti. Hitler memilih kumis model sikat gigi, yang sudah dahulu dipopulerkan oleh Charles Chaplin.

Dua
Ada banyak model kumis. Ada yang menyebut 26 model. Tetapi, ada pula yang menyebutkan lebih dari 26 model. Misalnya, kumis model Turki yakni dibiarkan panjang ke kiri kanan, model Salvador Dali (kaku menjulang ke atas), model Albert Einstein (nggak teratur seperti semak-semak), model Freedy Mercury (kumis rapi seperti tanda pangkat), model sepatu kuda seperti kumisnya Hulk Hogan, dan model-model lainnya yang puluhan.
Setiap model kumis, konon, ada filosofinya. Misalnya, kumis yang ekstrem panjang seperti rambut perempuan, menandakan kebijaksanaan, kedewasaan dan kesucian. Sementara gaya yang tidak ekstrim tetapi terkontrol tetap sebagai ekspresi dari norma budaya.
Menurut sejarah perkumisan (Lucinda Hawksley,BBC), di abad pertengahan, di Inggris kumis menjadi simbol fesyen. Ketika Raja James I (1566-1625) naik takhta Inggris, dia bangga dengan kumisnya yang rapi. Putranya, Raja Charles I, menjadikan kumis dan jenggot menjadi ikonik, dan ini ditiru oleh setiap pria pada masa itu.
Maka itu diceritakan, karena kumisnya tidak begitu lebat, Oliver Cromwell (1599-1658) —pemimpin militer juga pemimpin perang saudara dan negarawan Inggris—memimpin revolusi. Cromwell salah seorang tokoh yang menandatangani surat perintah hukuman mati atas Raja Charles I pada tahun 1649.
Ada sebuah kisah, pada akhir abad ke-17, terutama laki-laki Rusia membiarkan kumis dan jenggotnya memanjang. Ini gara-gara Tsar Peter Agung memberlakukan pajak kumis dan jenggot. Tetapi, pada awal tahun 1800-an, orang mulai lagi senang memelihara kumis; dan muncul model baru, kumis melengkung ke atas dan seringkali disambungkan dengan jambang. Lalu muncul model kumis tipis, orang menyebutnya kumis pensil, karena setipis coretan pensil.
Tetapi, pada tahun 1854, model kumis dan jenggot berubah lagi, setelah pecah Perang Krimea (Crimea). Ketika perang berakhir (1856), tentara senang kembali berkumis dan berjenggot tebal. Kumis dan jenggot tebal dianggap sebagai lambang kepahlawanan. Bukan tentara saja yang kemudian berkumis dan berjenggot tebal dan lebat, panjang. Bahkan Charles Darwin (1809-1882) berpendapat bahwa kumis dan jenggot adalah lambang daya tarik laki-laki bagi para perempuan. Namun, pada akhir abad ke-19, jenggot tidak lagi populer, misalnya di Inggris, kecuali kaum konservatif saja yang masih senang berjenggot.
Di zaman itulah—akhir abad ke-19—di Amerika dan Eropa Barat mulai populer kumis model sikat gigi. Kumis model sikap gigi ini (toothbrush moustache) menggantikan kumis panjang dan flamboyan yang biasa dimiliki para bangsawan Eropa dan pengusaha Amerika. Kumis model sikat gigi biasanya dipilih oleh kalangan kelas bawah, karena perawatannya lebih sederhana dan murah. Tetapi kemudian, menjadi simbol revolusi, karena menjadi pilihan para buruh, pekerja pabrik.
Pada suatu masa, di seluruh Eropa dan Amerika ada peraturan para pria berjenggot tidak boleh mengurusi makanan dan pasien di rumah saskit. Maka, penampilan pria pada masa itu pun kembali bersih, kumis dan jenggot dicukur rapi. Perang—PD I—juga menjadi lantaran orang (terutama tentara) tidak berkumis dan berjenggot panjang, karena merepotkan saat harus mengenakan marker gas. Dan, hanya tentara berpangkat tertentu saja yang diizinkan berkumis.
Setelah perang, kumis rapi menjadi simbol manusia moderen. Pada tahun 1920, novelis Agatha Christie menerbitkan novel kriminal pertamanya, The Mysterious Affair at Styles. Lewat novel ini, ia mempekenalkan tokoh seorang detektif Belgia berkumis, Hercule Poirot.

Tiga
Suatu ketika, salah seorang teman dekat Hitler, Erns “Putzi” Hanfstaengl mendesaknya agar mencukur kumis “jelek” itu. Hitler menjawab, “Jika saat ini tidak model, tidak masalah. Sebab, nanti saya akan dikenang sebagai orang berkumis model sikat gigi.”
Benar. Orang mengenal Hitler karena model kumisnya itu.
Bahkan, kumis sikat gigi (toothbrush moustache) yang semula oleh Charlie Chaplin dipilih biar wajahnya kelihatan lucu, dan orang tertawa, telah berubah menjadi lambang tirani di Eropa, lambang genosidal atas orang-orang Yahudi; lambang kekejaman; lambang kekuasaan malah most powerful (Vanity Fair, November 2007).
Tidak salah kalau kemudian orang mengatakan bahwa toothbrush moustache, kumis sikat gigi adalah milih dua orang: Charlie Chaplin dan Adolf Hitler. Dua tokoh yang sangat kontradiktif: yang satu simbol kelucuan, bahkan paling lucu, sedangkan satunya adalah simbol kejahatan, paling menakutkan.
Karena Hitler—bukan karena Charlie Chaplin—kumis sikat gigi menjadi simbol kejahatan abad ke-20. Lalu orang bertanya: apakah kumis memengaruhi sejarah, atau apakah itu hanya masalah gaya? Apakah itu melekat pada seseorang dan membuatnya gila? Apakah pria yang bertanggung jawab, atau kumis yang membuat keputusan?
Sejarawan dan wartawan, Ron Rosenbaum berpendapat bahwa kehadiran “ciri khas” Chaplin di wajah Hitler mendorong para pemimpin Barat untuk meremehkan Führer. “Kumis Chaplin menjadi lensa untuk melihat Hitler,” tulisnya.
Maka itu, kumis sikat gigi akhirnya hanya menjadi simbol Hitler, yang adalah simbol kejahatan (yang amat dibanggakan oleh Robert Mugabe, misalnya); bukan hanya simbol tapi totem Hitler. Pada mulanya kumis sikat gigi adalah lambang kelucuan, sesuatu yang menghibur, mungkin juga ketololan yang menyenangkan, juga kedunguan yang membahagiakan; tetapi berubah menjadi lambang kejahatan. Orang tidak lagi tertawa melihat kumis sikat gigi, tetapi takut.
Ketika Hitler mati bunuh diri bersama kekasihnya Eva Anna Paula Hitler atau Eva Braun tahun 1945, kumis sikat gigi mati juga, ikut dikubur. Tetapi, Hitler meninggalkan “politik kumis sikat gigi” dan kejahatannya, yang menjelma dalam segala macam bentuk: kejahatan politik, kejahatan ekonomi, kejahatan moral, kejahatan kemanusiaan, kejahatan agama, kejahatan sektarian, dan lain sebagainya. Kejahatan muncul dalam banyak wajah, dalam banyak topeng, dan jubah, pakaian.
Itulah sebabnya muncul peribahasa musang berbulu domba: seperti Charlie Chaplin padahal Adolf Hitler. ***
Dari kumis ke Hitler dan kebiadabannya. Terima kasih, Pak IAS
Pantesan si new nyinyir pangsiunan wapres kumisnya model nyikat gigi hitler….kelakuannya ya gak seperti Chaplin ya…..
Mulai dan sudah ” kurang ajar ” teriak si brizik….????
Chaplin kan lucu……
Keren mas tulisannya. Paragraf terakhir yang begitu menohok.
Terima kasih banyak…semoga ada gunanya….salam
Terima kasih banyak…salam
Sama-sama Fikri….kamu berkumis?
Wah kalau ada orang Indonesia meniru kumis Chaplin, dampaknya apa ya? Kalau di Srimulat yang meniru sih Asmuni van nDiwek …itu lucu.?
Tapi kalau di luar Srimulat, takutnya bertuah seperti Hitler….wuih ngeri tuh….?
Ya, semoga seperti Asmuni atau Jojon lah jadi menghibur…heheheh….salam, nuwun
Tulisan yang menarik dan pas disajikan saat situasi seperti ini yang ramai membahas ‘Chaplin’ sosok tetentu yang berperan dalam dunia perpolitikan di Indonesia
Terima kasih banyak….salam kenal…
Mbah tertarik alinea terbawah: Tetapi, Hitler meninggalkan “politik kumis sikat gigi” dan kejahatannya, yang menjelma dalam segala macam bentuk: kejahatan politik, kejahatan ekonomi, kejahatan moral, kejahatan kemanusiaan, kejahatan agama, kejahatan sektarian, dan lain sebagainya. Kejahatan muncul dalam banyak wajah, dalam banyak topeng, dan jubah, pakaian. Anak cucu mbah tidak akan mbah izinkan “memakai” kumis seperti itu.
Terima kasih, ternyata kumis ada tokoh-tokohnya. Saya berkumis panjang dan maknanya sudah benar. Observasi mas Trias dapat saya terima. Tidak banyak orang memelihara kumis dengan berbagai alasan.
Terima kasih….ya, sekurang-kurangnya setiap pemilik kumis punya alasan mengapa berkumis….? Soal model urusan lain lain…Semoga kumis sampeyan juga memberikan tuah…hahaha
Tetapi, bagaimana kalau memang suka berkumis….dan itu menambah kepercayaan diri serta menjadi samakin tampan? Bukankah tidak bisa dicegah atau dilarang…matur nuwun
Tentu ada maksud Hitler menggunakan bentuk kumis sikat itu. Supaya berwibawa tetapi malah menyeramkan. Dan dia memang manusia kejam.
Chaplin diluar pekerjaannya sbg pelawak adalah penganut humanisme.,dia ingin menghibur orang lain.
Nah jenis terakhir yang bahaya adalah dg kumis sikat pingin terlibat rapi bagus dan ganteng. Padahal culas, adu domba dan labil.
Ya, Pak Dubes…setiap orang tentu memiliki alasan mengapa berkumis…Hitler dan Chaplin pun demikian….nah kalau ada yang berkumis Chaplin tetapi tidak lucu melainkan culas dan ganas…ini tentu kekecualian..heheh
Terima kasih banyak
Tulisan yg mencerahkan ini Mas Trias, sejarah kumis dan aneka ria perjalanan dan ragam kisahnya. Sayang mau niru tapi gak bisa hahahhaha
Hahahahah…makanya jangan meniru…begitukan? Terima kasih…salam
Mas Kun, kumis chaplin di Indonesia kok gak dibahas. Ya
Oh ada to…?
hehehehe…nuwun
Apakah masih ada pemimpin2 di dunia ini yg berkumis model “toothbrush” atau sikat gigi? Mengapa tdk segera alih profesi saja jd “pelawak” yg lucu dan menghibur? Atau, ikuti de Gaulle dan Zhukov yg ubah model kumisnya … supaya tdk seperti – atau agar tdk “kesurupan” roh Hitler, sang Fuhrer itu. Juga, agar tdk melaksanakan revolusi yg aneh2.
Untuk seorang pemimpin, kumis yg plg “pas” mungkin yg ekstrim panjang seperti rambut perempuan. Itu menandakan, dan mdh2an demikian adanya : kebijaksanaan, kedewasaan (kematangan), dan kesucian. Wah, jos tenan iki!! Kan ‘rakyat’ memang hrs “dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan”. Tujuan musyawarah itu kan juga utk memufakati yg namanya “hikmat/kebijaksanaan” itu. Lewat diskursus – diskusi & debat mendalam & kadang sengit, berusahalah dimunculkan segala hikmat/kebijaksanaan itu. Sebelum itu muncul, jgn sekali2 voting … nanti yg terjadi malah tirani suara terbanyak! Jd, temukan dulu hikmat/kebijaksanaan nya dulu. Mgk ada bbrp, lbh dari satu … mana yg hrs diprioritaskan dulu? Nah, silahkan voting, shg perolehan suara terbanyak mmg mencerminkan “hikmat/kebijaksanaan” yg diprioritaskan!!
Kembali ke model kumis. Bgmn klu seorang pemimpin kumisnya tdk lebat ekstrim seperti rambut perempuan? Ya, lbh bagus pakai model “pensil” saja … atau ndak usah lah pakai kumis segala, he hee. Klu dia tetap “keukeuh” pakai kumis model sikat gigi, bgmana? Ya, doakan saja oleh anak buah atau rakyatnya, agar sang pemimpin tdk kesurupan roh genderuwo, agar perilaku nya tdk seperti Hitler, gitu lah … ha haa haaa.
Hahahaha….ya setiap orang pasti memiliki alasan masing-masing, mengapa berkumis dan mengapa memilih model kumis tertentu.
Sekurang-kurangnya dengan berkumis tentu ingin penampilan yang lebih meyakinkan….lebih menarik, lebih cakep…
Coba sampeyan bisa mencobanya, Kang…..hahahah
nuwun
Di Indinesia kumis sikat gigi ini ditiru oleh mantan Presiden RI Yusuf Kala tapi tabiat kedua tokoh chaplin dan hitler tidak berbanding lurus dgn JK. JK mampu sebagai pendamai ulung dan bukan pelawak atau galak seperti Hitler. Tks pencerahan dan referensi ilmunya.
TErima kasih banyak Jufri….salam
Kumis sikat gigi sebagai penanda zaman edan.
Hahahaha…..bisa jadi begitu….
Nuwun, Pakde
Bagus p Trias pencerahannya.
Terima kasih banyak, Pak